INFO Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Konsumsi Rumah Tangga Masih Oke Bukan Berarti RI Aman dari Resesi, Waspadai Penurunan Harga Komoditas!

Konsumsi Rumah Tangga Masih Oke Bukan Berarti RI Aman dari Resesi, Waspadai Penurunan Harga Komoditas!

Grafik keuangan. Foto: Ilustrasi/ Net

WARTAPOLITIKA.COM-Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi, empat negara aman dari ancaman resesi di 2023, termasuk Indonesia. Negara lainnya, adalah India, Brasil, dan Meksiko.

Menurut sang Bendahara Negara itu, meski kondisi perekonomian global menekan negara berkembang, tapi situasi di negara itu lebih baik dari negara maju. "Negara emerging juga mengalami kondisi relatif tertekan. 

Meskipun dalam situasi saat ini, emerging country seperti Indonesia, India, Brazil, Meksiko relatif dalam situasi yang cukup baik," ujarnya di Jakarta, dikutip Senin (24/10/2022).

Sementara justru, kata SMI, negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Eropa, dan Tiongkok malahan sulit untuk menghindari resesi. Sebab, inflasi tinggi melonjak di negara tersebut dan membuat kebijakan moneter ikut mengetat.

Hal ini tercermin dari outlook ekonomi global yang diprediksi melambat hanya menjadi 2,7 persen di 2023. Kemerosotan ini utamanya dipengaruhi oleh turunnya perekonomian AS dan negara kawasan Eropa.

"Bahkan sekarang kata-kata resesi bukan tidak mungkin di AS," imbuhnya. Perekonomian Eropa diperkirakan rendah atau menyusut 1,2 persen di 2023. 

Hal ini disebabkan oleh inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga-harga. "Eropa yang disebutkan 2022 masih 3,1 persen dengan terus-menerus terbentur oleh kenaikan harga yang tinggi dan memaksa bank sentral menaikkan suku bunga secara agresif, juga bahkan diperkirakan 2022 hingga 2023 kemungkinan terjadi resesi," paparnya.

Untuk Tiongkok, sambungnya, juga dinilai sulit untuk terhindar dari resesi. Apalagi pemerintahnya beberapa kali melakukan lockdown yang membuat ekonomi makin merosot.

"Tiongkok yang sekarang sedang dalam pembahasan mengenai bagaimana kepemimpinan nasionalnya, sudah mengalami pelemahan dari perekonomian baik karena lockdown maupun kondisi dunia serta sektor properti yang telah menimbulkan dampak luar biasa," paparnya lagi. Dia merinci, perekonomian Tiongkok pada kuartal II 2022 memang hanya tumbuh 0,4 persen (year on year/yoy). 

Ini tercatat menjadi kinerja perekonomian terburuk dalam dua tahun terakhir, dan pada kuartal III-2022 diperkirakan akan tetap rendah. "Angka kuartal III belum keluar, namun diperkirakan akan cukup tajam melemah," sebutnya.

Optimistis Indonesia tak akan masuk jurang resesi juga dikatakan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan tetap tinggi pada 2022. 

Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 4,5-5,3% dengan bias ke atas. "Dengan perkembangan terkini maka pertumbuhan ekonomi bias ke atas 4,5-5,3%," ujarnya, dalam akun YouTube BI, dikutip Senin (24/10/2022).

Sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah konsumsi rumah tangga, terlihat dari indeks keyakinan konsumen (IKK), penjualan eceran dan PMI manufaktur yang masih cemerlang. "Ini mengindikasikan terus berlanjut proses pemulihan ekonomi domestik," jelasnya.

Pendorong selanjutnya adalah ekspor, ditopang oleh tingginya harga komoditas internasional yang merupakan andalan ekspir nasional. Adalah batu bara, CPO, nikel, bauksit, dan timah.

"Perbaikan ekonomi nasional dari lapangan usaha utama perdagangan, pertambangan dan pertanian," rincinya lagi. Sementara pada 2023, pemulihan ekonomi diharapkan terus berlanjut. 

"Pada 2023 diperkirakan akan kuat didorong solidnya permintaan domestik. Sejalan meningkatnya mobilitas dan penyelesaian program strategis nasional di tengah melambatnya ekonomi global," terang Perry.

Sayangnya, beberapa fakta menunjukkan sebaliknya. Beberapa data menunjukkan fakta yang berbalik atas prospek ekonomi Indonesia yang belakangan cukup bergantung pada ledakan harga komoditas utama, seperti batu bara, minyak kelapa sawit, timah, nikel dan gas alam lainnya.

Apalagi, permintaan dunia yang juga turun akibat ketidakpastian yang disebut banyak pejabat pemerintah sebagai akibat dari the perfect storm membuat sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 berada pada kisaran 2,3%-2,9%. Turun dari estimasi tahun ini, di kisaran 2,8%-3,2%.

Penurunan harga dan permintaan komoditas dunia menjadi sinyal berbahaya bagi perekonomian Indonesia yang dapat membahayakan penerimaan negara yang selama ini cukup mengandalkan penerimaan dari sektor komoditas. Harga batu bara, yang menjadi primadona sekarang misalnya, pada kontrak Newcastle sudah mulai melandai dari puncak tertingginya, USD458 pe ton pada awal September lalu. 

Kemudian, prediksi Fitch Solutions harga batu bara juga turun mulai tahun depan, dari rerata estimasi tahun ini USD320 per ton, menjadi anjlok ke USD280 pada 2023 dan USD250 pada 2024. Tidak hanya itu, masa depan harga minyak sawit bahkan lebih buram. 

Berada dalam tren penurunan tajam dari level tertinggi sepanjang masa di atas 7.000 ringgit Malaysia per ton pada akhir April lalu, kini nyaris tinggal separuhnya MYR4.123 per ton. Prediksi yang dimuat trending economics menunjukkan, harganya akan terus melandai hingga akhir 2013 menjadi di kisaran MYR3.000. 

Demikian pula harga timah, perlahan menjauh dari level tertinggi USD50.000 per ton pada Maret tahun ini, terus menerus turun ke level di bawah USD20.000 per ton sekarang. Tren pelemahan ini diperkirakan juga akan terus berlanjut.

Sementara tembaga juga mengalami nasib yang sama. Harganya melorot dari level tertinggi, nyaris USD11.000 per ton pada Maret lalu kini bertahan di level USD7.400-an per ton. (tim redaksi)

#resesi
#krisisekonomi
#pertumbuhanekonomiindonesia
#menterikeuangan
#srimulyani
#gubernurbankindonesia
#perrywarjiyo
#prediksiekonomiindonesia
#komoditas
#konsumsirumahtangga
Anda sekarang membaca artikel Konsumsi Rumah Tangga Masih Oke Bukan Berarti RI Aman dari Resesi, Waspadai Penurunan Harga Komoditas! dengan alamat link https://www.wartapolitika.com/2022/10/konsumsi-rumah-tangga-masih-oke-bukan.html

0 Comments:

Responsive

Ads

Here